Senin, 09 Februari 2009

Sedikit harapan

. Senin, 09 Februari 2009 .

Dia hadir disaat semuanya berlari menggapai harapan dan impian. Dengan muka yang tenang mencoba untuk menyapa salah satu diantara mereka yang sedang asik bermain ditaman. Perasaanya masih takut untuk memanggil salah satu dari mereka, begitu berat seperti ada yang menahannya. Dia terlanjur hadir menampakkan dirinya, akan sia-sia baginya jika balik kembali ketempat yang membuat dia banyak uang, bisa bersenang-senang, punya rumah besar dan mobil mewah tanpa ada kekurangan. Selain itu butuh waktu lama dan penantian untuk sampai ketempat sekarang ini. Bertahun-tahun dia mencarinya, baru sekaranglah, dia menemukannya. Air matanya perlahan-lahan keluar membasahi pipinya, dan dengan cepat dia segera mengusapnya.

Seorang anak kecil dari mereka menghampirinya dan menanyakannya apa yang terjadi pada dirinya, anak kecil yang polos, dengan celotehnya yang kurang begitu lancar.
"ibu..Ibu..Kenapa?"tanyanya dengan menggoyangkan badannya.
"ibu tidak apa-apa...Hanya mata ibu kemasukan debu, ya jadi beginilah"dia tersenyum sambil membelai rambut anak kecil itu, dia senang karena ada yang memberikan perhatian padanya.
Hatinya mulai sedikit tenang sekarang. Anak kecil itu menatapnya, tatapan itu bukan sebagai rasa kasihan melainkan perasaan terbuka untuk berinteraksi, meskipun hanya seorang anak kecil, dia gugup, tapi mecoba untuk mengusirnya.

Matahari semakin bersinar cerah membagi sinarnya dengan rata. Rupanya anak-anak masih betah bermain ditaman. Tiba-tiba keluar seorang wanita tua dibalik pintu berwarna hijau yang catnya mulai pudar dimakan waktu. Dia berteriak memanggil nama seseorang, diantara kerumunan anak-anak yang sedang asik bermain. Wanita tua itu tidak asing baginya, dia tahu betul siapa dia. Dia tidak berani untuk memanggilnya, tak ada kekuatan untuk mengeluarkan kata. Dia hanya memandanginya terus memerhatikan. Anak kecil disampingnya memerhatikan terus.
"itu ibu..Pariyem kan?"tanyanya sambil menunjuk ke wanita tua itu.
Anak kecil itu mengangguk.
Dia mengeluarkan air matanya lagi.
"sonya...Sonya...Sonya"panggil wanita tua yang berjalan sangat berhati-hati sekali karena usianya yang sudah sangat tua, tidak seperti 40 tahun yang lalu dimana dia kuat berlari dan berjalan ribuan kilo meter dengan menggendong anak.
"aduh...Sonya, kamu dimana?"
anak kecil yang berada didekatnya berlari menghampirinya.
"iya nek...Sonya disini"
"kamu..Kemana saja?"
"cuman disini daritadi"
"ayo bantuin nenek, membersihkan rumah"
"iya nek"
anak kecil itu memegangi tangan wanita tua itu. Menuntunnya kedalam rumah yang sangat sederhana.

Dia tahu nama anak kecil itu. Tapi tidak begitu tahu siapa dia. Hanya sebatas nama. Gadis kecil dan wanita tua mengilang dari pandangannya. Dia begitu penasaran dan ingin sekali bertegur sapa dengan dengan wanita tua itu, agar hatinya puas. Sekarang dia berjalan masuk kerumah itu, berjalan perlahan-lahan. Perasaan takut belum juga pergi dari dirinya, langkah kakinya dipaksa berjalan terus masuk kedalam rumah. Tepat di depan pintu dia terkejut. Sesosok wanita tua, membuka pintu. Dia tidak bisa berkata, pandangannya mengarah tepat padanya. Mereka berdua saling memandang.Untuk sekian kalinya satu kata tak keluar dari mulutnya.
Wanita tua itu memandanginya dengan penuh kecurigaan.
"nyonya..Sedang mencari siapa?"
dia sedikit terkejut, wanita tua dihadapannya tidak mengenalinya lagi. Dan air matanya keluar.
"lo...Lo...Lo, kok malah menangis" heran.
"Ibu...! Dengan mulut bergetar, air mata makin deras keluar.
"ibu..! Dia mulai memberanikan diri.
"ibu...! Dia memeluk wanita tua itu.
"Lo...Lo..Ada apa dengan anda?" semakin heran.
"ibu..Benar tidak mengingat saya?" tanyanya dengan linangan air mata. Wanita tua itu hanya menggelengkan kepalanya, dia semakin tidak percaya bahwa dirinya sudah tidak dikenali olehnya.
"ibu..Ini dinda...Dinda! Dengan nada meyakinkan.
Wanita tua itu hanya diam.
Dia menangis bersujud ditelapak kaki wanita tua itu, berharap dia ingat akan dirinya.

Tidak lama kemudian keluar sonya, membawa air seember dan sapu pel. Dia begitu terheran melihatnya, tidak tahu betul siapakah wanita yang menangis sajak tadi dilihatnya.

"sonya..Tolong ambilkan air minum untuk, nyonya ini"pinta wanita tua.
"baik nek" sonya berlari.
Kemudian dia datang dengan membawa segelar air minum.
"ini..Bu, silahkan diminum"
"iya..Terimakasih"mulai tenang.
"sebaiknya ibu masuk dulu"
tawaran sonya diterimanya dengan senang hati.

Dia masuk..Ruangan itu masih tetap seperti yang dulu, tidak berubah hanya ada sedikit yang asing baginya, yaitu foto yang terpajang jelas diatas meja. Foto seorang gadis kecil. Dia bisa menebaknya..Ya dia adalah sonya. Hatinya kecilnya bertanya, siapakah dia?". Sebelum meninggalkan rumah ini, sama sekali tidak ada siapa-siapa.
Dia duduk dikursi yang sangat tua, bahkan kalau dibilang ketinggalan jaman, dimana dulunya tempat mengobrol bersama sita.

Sonya menuntun wanita tua dan duduk. Dia menemani neneknya mengobrol bersama ibu yang belum dikenalnya.
"maaf..Nenek saya, pendengarannya agak terganggu" kata sonya.
Dia mengangguk, dia merasa bersalah. Kali ini dia ingin terus bersamanya dan ingin menebus kesalahannya. Kesalahan yang lalu pernah diperbuatnya. Demi uang rela meninggalkan keluarga dan kampung halamannya.

"sekarang nenek pakai ini" perintah sonya.
Sebuah alat pendengaran, sonya memasangkannya. Sekarang dia bisa mendengarnya.
Sejenak suasana hening. Kali ini dia mencobanya lagi.
"ibu..Ibu mengenal saya? Ini dinda"
"aku dinda..Anak ibu..."
"dinda?

(Read More..)
 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com